10 Peristiwa Besar di Tanah Air pada 2011

Beragam peristiwa mewarnai Bumi Pertiwi sepanjang 2011. Banyak kasus besar terungkap dan kejadian besar menimpa, sehingga anak bangsa ini mengharu biru. Ini lah 10 peristiwa besar di Indonesia sepanjang tahun kelinci versi Sang Pemburu Berita.

1. Teror Bom Buku


Tahun 2011 mencatatkan adanya modus baru peledakan bom yang dilakukan oleh teroris, yakni Bom Buku. Kasus ini terjadi pada 15 Maret 2011. Bom yang dirakit dalam bentuk buku berjudul "Mereka Harus Dibunuh" ini menyasar Ketua Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla, musisi Ahmad Dhani, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Goeries Mere, dan Ketua Pemuda Pancasila (PP) Yapto S. Keempatnya selamat, namun bom yang dikirim untuk Ulil mencederai Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan. Saat bom sedang dijinakkan, bom berdaya ledak rendah itu meledak dan memutus lengan polisi itu. Sang pelaku, Pepi Fernando, berhasil ditangkap, namun tidak terbukti merupakan anggota jaringan Jamaah Islamiyah (JI) maupun organisasi lain yang dituding sebagai kelompok teroris.


2. Pembajakan Kapal MV Sinar Kudus


Kapal PT Samudera Indonesia ini dibajak pada 16 Maret 2011 saat sedang dalam perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Selatan, menuju Rotterdam, Belanda. Kapal pengangkut nikel milik PT Aneka Tambang seharga Rp1,4 triliun tersebut dibajak di Semenanjung Somalia, dan para awak kapalnya disandera. Pemerintah sempat mengirim pasukan yang terdiri dari tiga jenis kapal perusak, KRI Yos Sudarso 353, KRI Banjarmasin dan KRI Halim Perdana Kusuma 355 yang dilengkapi dengan helikopter, tank, dan 488 personel tentara. Namun, kapal dan awaknya batru dapat dibebaskan setelah disandera selama 46 hari dengan uang tebusan sebesar $ 4,5 juta


3. Kasus Suap Wisma Atlet


Kasus yang terjadi di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini diungkap KPK pada 21 April 2011, berawal dari ditangkapnya Sekretaris Menpora Wafid Muharam, Manajer Marketing PT Duta Graha Indah, Mohammad El Idris, dan Direktur Pemasaran PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang dengan barang bukti tiga lembar cek senilai Rp3,2 miliar. Kasus ini kemudian menyeret sejumlah politikus Partai Demokrat, baik ketua umumnya maupun yang duduk di DPR dan di kabinet, yakni Menpora Andi Malarangeng, anggota DPR Angelina Sondakh, anggota DPR Nirwan Amir, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan Bendahara Umum Partai Demokrat yang juga anggota DPR Muhammad Nazaruddin. Bahkan kasus ini juga menyeret nama politikus PDIP yang juga anggota DPR, I Wayan Koster.

Nazaruddin kemudian menjadi buronan Interpol karena pada 26 Mei 2011 atau sehari sebelum ditetapkan menjadi tersangka pada 27 Mei 2011, dia hengkang ke Singapura dengan alasan untuk berobat, namun tak pernah kembali lagi. Akhirnya, bos Rosalina Manulang ini ditangkap kepolisian Cartagena de Indias, Kolombia, pada 7 Agustus 2011 ketika sedang sendirian di tepi pantai di kota wisata itu. Hingga kini kasusnya masih bergulir di pengadilan, namun KPK belum juga menjadikan Angelina, Anas, Andi, I Wayan Koster, dan Nirwan sebagai tersangka meski Nazaruddin berkali-kali menyebutkan keterlibatan orang-orang itu. Ada dugaan kalau kasus ini memang telah diintervensi agar hanya terhenti pada Nazaruddin, dan tidak menyentuh orang-orang itu.


4. Kecelakaan Pesawat Merpati


Pada Sabtu 7 Mei 2011, pesawat Merpati Nusantara MA-60 jatuh dari ketinggian 15.000 kaki ke laut di dekat Bandara Utarom atau Bandara Kaimana, Papua Barat. Sebanyak 15 dari 27 penumpang, tewas. Sejumlah saksi mengatakan, sebelum jatuh ke laut, pesawat yang datang dari Sorong dan akan mendarat di Bandara Kaimana itu terlihat berputar-putar di atas bandara, lalu membelok ke kiri, dan tiba-tiba terjatuh ke laut. Kepala Bandara Kaimana, Jaka Karim, mengatakan, pesawat yang jatuh pada pukul 14.05 WIT itu kehilangan keseimbangan akibat cuaca buruk.


5. Kerusuhan Papua


Peristiwa yang menewaskan 18 orang pada 30 dan 31 Juli ini dipicu perebutan dukungan dari Partai Gerindra oleh dua pasang calon bupati (cabup) dan wakil bupati (wabup) peserta Pemilihan Bupati Kabupaten Puncak, Papua, yakni pasangan Elvis Tabuni-Yosia Tembak dan Simon Alom-Heri. Perebutan terjadi karena Partai Gerindra memberikan rekomendasi untuk kedua pasangan itu, sehingga kubu keduanya bentrok.

Pada bentrokan tanggal 30 Juli, 4 pendukung Simon Alom-Heri tewas karena polisi yang berusaha menghalau bentrokan dengan melepaskan tembakan, justru mengenai keempat pendukung Alom-Heri itu sehingga tewas.

Tak terima kehilangan 4 rekan, pada 31 Juli kubu Simon-Heri menyerang kubu Elvis-Yosia, dan 14 pendukung Elvis-Yosia tewas. Saat bentrok, kedua kubu menggunakan parang, tombak dan panah.


6. Jembatan Kukar Ambruk


Jembatan bernama lengkap Jembatan Kutai Kartanegara itu ambruk pada 26 November 2011 sekitar pukul 09.00 Wita. Hingga penghujung 2011, apa penyebab ambruknya jembatan gantung terpanjang di Indonesia yang berada di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, itu belum diketahui karena masih diselidiki. Namun yang pasti, jembatan yang selesai dibangun pada 2001 dan memiliki panjang 710 meter itu ambruk saat sedang diperbaiki. Korban tewas sebanyak 24 orang, sementara 12 orang dinyatakan hilang.


7. Penangkapan Nunun Nurbaeti

Tersangka kasus suap pemilihan deputi gubernur senior (DGS) Bank Indonesia (BI) ini termasuk licin seperti belut. Saat masih menjadi saksi, dengan pura-pura sakit, pada 23 Februari 2010 ia minggat ke Frangkurt, Jerman, dengan naik pesawat Lufthansa LH 0779. Setelah itu, ia dikabarkan berada di Thailand, Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Laos, hingga akhirnya ditangkap kepolisian Bangkok, Thailand, pada 7 Desember 2011 di sebuah rumah yang dikontraknya.

Nunun, istri mantan Wakapolri yang kini menjadi anggota Komisi III DPR RI, Jenderal Purnawirawan Adang Daradjatun, diketahui terlibat kasus pemilihan DGS BI berdasarkan keterangan 30 anggota DPR RI periode 2004-2009 yang telah lebih dulu menjadi tersangka dan diadili di pengadilan, karena Nunun lah yang membagi-bagikan 480 lembar cek pelawat senilai Rp24 miliar kepada mereka dengan tujuan agar mereka memilih Miranda S Gultom sebagai DGS BI. Kasus ini dibongkar oleh Agus Condro, anggota DPR dari PDIP yang menjadi salah satu dari 30 anggota DPR periode 2004-2009 yang menjadi tersangka tersebut.


8. Pembantaian Warga Mesuji

Kasus yang terjadi di Sungai Sodong, Kebupaten Mesuji, Sumatera Selatan, dan Register 45, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, ini dipicu sengketa tanah yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Warga Sungai Sodong bersengketa dengan PT Sumber Wangi Alam (SWA), sedang warga Register 45 bersengketa dengan PT Silva Inhutani dan PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI). Dampak sengketa ini mengerikan karena pada 21 April 2011 warga Sungai Sodong dibunuh dengan cara disembelih, sehingga warga marah dan menyerang PT SWA. Dalam kejadian itu, 2 orang anggota Pam Swakarsa PT SWA dan 3 karyawannya, tewas.

Sengketa warga Register 45 dengan PT BSMI menewaskan 1 warga dan mencederai 6 warga lainnya karena ditembak aparat kepolisian yang dituding mem-backingi perusahaan kelapa sawit itu. Pembantaian terjadi pada 10 November 2011.

Sayang, kasus ini baru terungkap pada 14 Desember 2011 setelah warga Mesuji yang didampingi aktor Pong Hariatmo dan tim advokasi warga Mesuji, melapor ke DPR RI. Padahal kasus ini tak hanya menewaskan banyak orang yang di antaranya mati dengan cara mengenaskan, namun juga membuat ratusan warga Sungai Sodong dan Register 45 kehilangan tanah mereka dan kini di antaranya ada yang terpaksa hidup di tenda-tenda, seperti warga korban perang. Selain itu, saat mengadu ke DPR, warga Mesuji mengaku, warga Register 45 yang tewas pada 2009 hingga November 2011 akibat sengketa dengan PT BSMI dan Silva Inhutani telah mencapai 30 orang. Sangat menyedihkan.


9. Kecelakaan Kapal Laut di Indonesia

Sepanjang 2011 sedikitnya terjadi 6 kecelakaan kapal laut di Indonesia, dan yang terparah adalah kapal yang tenggelam pada 17 Desember 2011 di Pantai Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. Kapal pengangkut imigran asal Afghanistan, Iran dan Pakistan ini berangkat dari Cilacap manuju Kepulauan Christmas, Australia, untuk mencari suaka. Kapal tenggelam akibat kelebihan muatan. Dengan kapasitas hanya 100 orang, kapal dimuati 250 orang. Sedikitnya 90 imigran tewas.

Lima kecelakaan kapal laut yang lain adalah tenggelamnya Kapal Motor Windu Karsa di perairan Kolaka, Sulawesi Tengah, pada 27 Agustus 2011 yang menewaskan 10 orang; tenggelamnya Kapal Sri Murah Rezeki pada 21 September di Nusa Lembongan, Bali, dan menewaskan 14 orang; tenggelamnya kapal Motor Tunggal Putri di perairan Kepulauan Kangean, Sumenep, Jawa Timur, pada 24 September dengan korban tewas sebanyak 13 orang; tenggelamnya Kapal Motor Marina Nusantara di Barito, Kalimantan Selatan, pada 26 September; dan terbakarnya Kapal Motor Kirana di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, pada 28 September yang menewaskan 8 orang.


10. Pembantaian Warga Sape Lembu, Bima

Kasus yang terjadi pada 24 Desember ini bermula dari protes warga Sape Lembu, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang tergabung dalam Front Reformasi Antitambang yang dipicu tindakan Bupati Ferry Zulkarnaen memberikan izin usaha penambangan kepada PT Sumber Mineral Nusantara dan PT Indo Mineral Persada melalui SK Bupati Bima No. 188/45/357/004/2010. Warga keberatan karena usaha penambangan itu selain diyakini akan merusak lingkungan, juga akan mengganggu usaha pertanian dan perikanan mereka.

Mulai 20 Desember, warga berdemo di Pelabuhan Sape, bahkan mendudukinya, sehingga aktivitas pelabuhan terganggu. Upaya warga untuk membubarkan aksi ini gagal total karena Bupati keukeuh tak mau mencabut SK yang telah dikeluarkannya.

Pada Sabtu 24 Desember 2011, polisi dari kesatuan Brimob dan Anti Huru Hara dengan paksa membubarkan warga yang tak hanya terdiri dari kaum lelaki dewasa itu, tapi juga kaum ibu, remaja, dan anak-anak. Tembakan secara membabi buta dilakukan, dan yang melawan ditangkap. Tiga warga tewas dan 20 orang luka-luka dalam kejadian ini. Bahkan polisi juga menangkap 47 orang dan semuanya dijadikan tersangka karena dianggap menjadi provokator aksi.

Penembakan ini dikecam banyak pihak. Kepada Rakyatmerdeka online, Ketua Badan Pengurus Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Siti Maimunah mengatakan, penembakan ini sekali lagi membuktikan kalau pemerintah, termasuk polisi, lebih berpihak kepada pengusaha dibanding kepada rakyatnya.

0 komentar:

Posting Komentar