Manusia Makhluk Sosial: Kita Memerlukan Orang Lain

Seseorang dikatakan kaya karena harta yang dimilikinya. Dari daftar urutan orang-orang kaya di dunia yang disusun majalah kenamaan Forbes setiap tahun, jumlah harta yang dikumpulkan menjadi patokan.Jika tahun sebelumnya harta yang dikumpulkan lebih banyak ia akan naik ke urutan di atasnya. Sebaliknya jika lebih sedikit maka urutannya akan turun.

Namun orang kaya tak melulu yang masuk daftar itu. Orang yang hidupnya berkelimpahan begitu banyak di dunia, termasuk di Indonesia. Lagi pulakaya sangat relatif. Orang yang memiliki harta senilai satu miliar rupiah mungkin sudah merasa kaya, tetapi nilai sebesar itu bisa jadi masih dirasa miskin oleh orang lain.

Cuma ada hal yang menarik dari penelitian yang dilakukan Barclay's Wealth Insight, lembaga keuangan Inggris, beberapa waktu lalu, bahwa orang kaya itu memerlukan orang lain. Seseorang merasa benar-benar sudah kaya jika sudah mendapat pengakuan orang lain, mendapatkan rasa hormat dari orang di sekitarnya, bisa beramal, jadi contoh sukses bagi orang lain, dan bisa belanja sesuai keinginan. Tanpa itu mereka masih belum merasa "kaya".

Nah, kita mungkin punya ukuran sendiri mengenai ini. Akan tetapi, dari penelitian itu tampak bahwa seseorang merasa kaya karena ada orang lain. Ia tak akan merasa kaya jika sendirian. Karena itu belum cukup seseorang menjadi kaya dengan hanya berpatokan pada harta yang dimilikinya.

Sahabat Luar Biasa!

Orang kaya yang hanya memiliki harta tapi tanpa memiliki kepedulian, perhatian, cinta pada sesama adalah orang kaya yang miskin.

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita sangat membutuhkan orang lain. Manusia secara alami memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, mari asah naluri dan nurani kita agar makin terbiasa membantu orang lain. Kekayaan sejati bukan karena sekadar kaya materi, tapi kaya mental dan rohani. "Bahagia" bukan saat kita menerima, "bahagia" justru "terasa" saat kita mampu memberi.

Salam sukses, luar biasa!

0 komentar:

Posting Komentar