Bahaya Doktrin Humanisme - 10 (Tamat)

Dengan data dan fakta yang begitu banyak terbeberkan, sulit dipungkiri bahwa doktrin humanisme yang dikembangkan kaum Humanist Italia dan kemudian dimanfaatkan Freemasonry sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan, sangat bertolak belakang dengan pola fikir manusia yang mengimani Tuhan Pencipta Alam Semesta dan beramal saleh untuk menggapai ridha-Nya.

Bagi para Mason dan Humanist, segala sesuatu harus dilakukan semata-mata demi kemanusiaan. Nukilan dari sebuah buku terbitan komunitas Turki di bawah ini akan kian memperjelas bagaimana pola fikir orang-orang ini. Begini nukilannya:

Moralitas Masonik didasarkan atas cinta terhadap kemanusiaan. Ia sepenuhnya menolak kebajikan karena harapan di masa depan, suatu ganjaran, suatu pahala, dan surga, karena ketakutan terhadap orang lain, suatu lembaga agama atau politik, kekuatan supranatural yang tidak diketahui… Ia hanya mendukung dan memuliakan kebaikan yang berhubungan dengan cinta terhadap keluarga, negara, umat manusia, dan kemanusiaan. Inilah salah satu sasaran terpenting dari evolusi Masonik. Mencintai manusia dan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan dan mencapai tingkat ini adalah evolusi besar.”

Klaim-klaim pada kutipan di atas sangat menyesatkan. Tanpa disiplin moral agama tidak akan ada rasa pengorbanan kepada masyarakat. Dan, di mana hal ini tampaknya terwujud, hubungan lebih bersifat hanya di permukaan belaka. Mereka yang tidak memiliki moralitas agama, tidak takut ataupun menghormati Tuhan, dan di mana tidak hadir rasa takut akan Tuhan, manusia hanya memedulikan tujuan-tujuan mereka sendiri. Tak peduli bagaimanapun caranya karena tak ada rambu-rambu yang membatasi. Semua halal untuk dilakukan.

Tatkala manusia merasa kepentingan pribadinya terancam, mereka tidak dapat menunjukkan cinta sejati, kesetiaan, ataupun kasih sayang. Mereka menunjukkan cinta dan rasa hormat hanya terhadap siapa yang membawa keuntungan bagi diri mereka. Hal ini karena, menurut pemahaman mereka yang keliru, mereka hanya ada di dunia satu kali, dan karenanya, akan mengambil sebanyak-banyaknya. Lagi pula, menurut keyakinan keliru ini, tidak ada balasan bagi kecurangan maupun kejahatan yang mereka lakukan di dunia, karena tak ada surga atau neraka setelah kehidupan berakhir.

Literatur Masonik penuh dengan upacara moral yang berupaya menutupi fakta ini. Namun sebenarnya, moralitas yang tanpa agama ini tidak lebih dari retorika pura-pura. Fakta sejarah telah banyak mencontohkan bahwa tanpa disiplin diri yang diberikan agama atas jiwa manusia, dan tanpa hukum Tuhan, moralitas sejati tidak dapat dibangun dengan cara apa pun juga.

Dalam Al Quran surah Al Hasyr ayat 9, Allah menjelaskan tentang pengorbanan diri orang yang beriman, Dia memerintahkan, “...Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Inilah landasan sejati bagi moralitas.

Sedang dalam surat Al Furqan ayat 63-73, Allah menjelaskan ciri-ciri moralitas orang mukmin sejati. Dia berfirman;

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.

Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian
.

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta".

Jadi, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mau, rela dan ikhlas beribadah kepada Allah dengan merendah, dan tidak berpaling dari-Nya, atau seolah buta dan tuli, sehingga tak dapat melihat dan mendengar karunia dan tanda-tanda keberadaan dan kebesaran-Nya.

Karenanya, sebelum Anda menelan mentah-mentah atau mengikuti sebuah doktrin, pahami dan kenali lah dahulu doktrin itu. Di dunia ini terlalu banyak kamuflase yang membungkus kepalsuan dan kebusukan, sehingga meski kemasannya sangat bagus, indah dan mewah, isinya belum tentu seperti itu. Jika sekali saja Anda terjerumus, Anda mungkin akan sulit untuk keluar lagi. Bahkan bisa saja Anda telah menjadi ateis sebelum Anda sendiri menyadarinya. (Tamat)

0 komentar:

Posting Komentar