Balai Konservasi DKI Kekurangan Tenaga Ahli

Merestorasi koleksi lukisan.
Memprihatinkan! Meski ribuan koleksi tujuh museum dan situs-situs cagar budaya di Jakarta rawan rusak, namun tenaga ahli di Balai Konservasi jauh dari memadai. Bahkan meski penambahan jumlah ini telah diusulkan sejak beberapa tahun lalu, penambahan tak kunjung dilakukan Pemprov DKI Jakarta cq Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud).

Menurut Marchel, kepala Tata Usaha Balai Konservasi, sedikitnya ada tiga faktor penyebab rawannya koleksi-koleksi tujuh museum dan situs cagar budaya menjadi rusak.Yakni karena faktor usia koleksi yang rata-rata sudah ratusan, bahkan ribuan tahun; akibat cuaca; dan akibat tangan-tangan jahil manusia.

“Yang diakibatkan tangan-tangan jahil biasanya berupa coretan-coretan pada prasasti, baik dengan spidol maupun cat semprot,” katanya.

Tahun ini saja, sejak Januari hingga awal Desember, sekitar 2.000 lembar kertas bersejarah harus dipulihkan karena robek dan melapuk dimakan usia. Sementara koleksi berupa lukisan yang harus diperbaiki sebanyak 30 buah, perahu sebanyak 40 buah, tekstil sebanyak 100 buah, wayang golek sebanyak 225 buah, dan prasasti sebanyak 70 buah.

Diakui, perbaikan benda-banda ini sangat rumit dan dibutuhkan tenaga yang benar-benar ahli di bidangnya. Apalagi karena setiap tahun ada saja koleksi yang harus diperbaiki, dan jumlahnya ratusan.

“Saat ini jumlah tenaga ahli di Balai Konservasi hanya delapan orang. Ini jauh dari memadai. Dengan jumlah koleksi yang begitu banyak yang harus diperbaiki setiap tahun, idealnya di sini memiliki 30 tenaga ahli konservasi,” kata Marchel lagi.


Kepala unit tekhnik di bawah Disparbud ini mengaku, pihaknya telah sejak bertahun-tahun lalu mengusulkan penambahan jumlah tenaga ahli ini, namun hingga kini belum juga dipenuhi.

“Menurut informasi yang kami terima, salah satu kendala Disparbud dalam memenuhi jumlah tenaga ahli di sini adalah, karena tak mudah mendapatkan tenaga yang dibutuhkan, karena untuk dapat bekerja di sini yang dibutuhkan adalah ahli kimia, antropologi dan arkeologi,” imbuhnya.

Menyikapi hal ini, anggota DPRD DKI Jakarta HA Nawawi mengatakan bahwa kendala itu dapat diatasi dengan cara berkoordinasi dengan berbagai universitas di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan sebagainya.


“Pada 1992 lalu saya pernah ditugasi menjadi pimpro Peninggalan Sejarah dan Purbakala, dan saya juga menghadapi kendala itu. Tapi setelah berkoordinasi dengan universitas-universitas, saya mendapatkan tenaga yang dibutuhkan,” katanya.

Politisi Partai Demokrat ini mengaku sangat menyayangkan jika Balai Konservasi tidak memiliki jumlah tenaga yang ideal karena peran, tugas dan fungsi unit teknis di bawah Disparbud ini sangat vital dalam melestarikan koleksi-koleksi bersejarah.


“Kalau jumlah tenaga ahlinya hanya delapan sedang yang harud dikonservasi demikian banyak, saya khawatir kinerja mereka jauh dari harapan,” sesalnya.

Tujuh museum di Jakarta di antaranya Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Tekstil, Museum Batik, dan Museum Bahari. Koleksi ketujuh museum ini puluhan ribu buah, karena koleksi Museum Sejarah saja mencapai 22.000 buah, dan koleksi Museum Wayang sebanyak 5.000 buah.

0 komentar:

Posting Komentar